Kamis, 23 September 2010

Remake - 1918 (last part)

St. Petersburg November 1918

Semua berakhir secara perlahan. Nampaknya ada pemulihan di berbagai sudut kota – juga negara . Setidaknya saat itu kekuasaan kerajaan Tsar sudah benar-benar runtuh. Selamat untuk tuan Vladimir dan kawanannya, sayang sekali apapun yang dia lakukan tidak berpengaruh besar bagiku. Kecuali gerakan pemberontakan Januari lalu yang membuatku kehilangan banyak hal – yang terbesar adalah keluargaku.
Saat itu aku dan tuan K menyewa sebuah losmen yang kami tempati bersama. Dengan alasan kehilangan rumah ia mengizinkanku tinggal di losmennya dan aku bisa belajar banyak hal lagi mengenai medis dengannya. Sedangkan dokter ini? Aku takut kalau ia punya keterarikan khusus pada lelaki – anggapanku awalnya – tapi baguslah, ia jauh lebih normal daripada yang kukira.



Katanya, alasan ia menerimaku di losmennya bukan karena mengasihani orang yang kehilangan rumah. Namun karena aku adalah orang Rusia pertama yang bisa berbahasa Inggris dengan lumayan. Oh ya, tentu saja... tuan K masih belum fasih berbahasa Rusia sewaktu kami pertama kali bertemu. Dan sepertinya itu adalah alasan lain ia terus bertanya-tanya padaku mengenai semua ini. Intinya, ia sama sekali bukan polisi yang sedang mencari buronannya. Aku aman.

Sekitar 10 bulan berlalu dengan cepat. Sebenarnya banyak hal yang terjadi, namun aku tidak menyadarinya secara pasti. Terkadang ada hal yang menyenangkan, menyedihkan, dan tentu yang paling menyedihkan adalah ketika melihat adanya anak-anak kecil berlarian di jalan. Nikolai dan Fyodor, masihkah mereka bisa melakukan itu? Tahun ini, seharusnya sejak kejadian itu umur mereka menginjak 10 tahun di bulan Februari. Sayangnya kami tidak bisa merayakan seperti tahun-tahu sebelumnya.

Novgorod 1918 Akhir

Tahun ini bagiku adalah akhir dari segalanya. Kadang aku hanya bisa tersenyum simpul, menelan pahit apa yang terjadi di sini. Dari St. Petersburg aku kemudian pindah ke kota yang lebih kecil, Novgorod, kota kelahiran Sky. Kota kecil di pinggiran yang nampak jauh lebih damai daripada Petrogard tersayang (nama lain St. Petersburg.red).

Ngomong-ngomong dari satu dan dua hal yang terjadi secara cepat di tahun ini, sama sekali belum kuterima kabar tentang keadaan Alexa. Sepengetahuanku, ia masih berada di Moskwa. Yah, kota besar itu juga merupakan salah satu kota yang menjadi tempat kaum revolusioner mengamuk, jadi aku agak sedikit bertanya-tanya mengenai keadaan di sana. Sebenarnya jelas saja tidak ada kabar, toh rumahku dulu sudah ditinggalkan, penghuninya dianggap mati semua dan... aku tidak lagi bisa menjadi Deniska Mikhailov untuk mencari informasi mengenai Alexa. Daripada mencari informasi tentangnya, lebih baik kuhabiskan waktu untuk mencari anak dan adikku.

...

Kekalahan Rusia pada perang dunia diumumkan pada tahun ini dengan tertanda-tanganinya sebuah surat perjanjian – jujur aku tidak tahu surat macam apa itu – yang aku tahu adalah berarti kondisi kami sebagai negara yang kalah tidak akan sebaik dulu ketika masa kemenangan (tidak tahu pernah atau tidak), yang pasti kondisi damai yang diinginkan belum sempat terwujud karena banyaknya konflik politik.

Kepindahanku ke Novrogod adalah guna melarikan diri dari kejaran para mavia obat (istilah ini belum mendunia sepertinya, yah pokoknya sesuatu seperti itu). Mereka pasti mencari tukang obat sepertiku dan meminta ganti rugi atau meminta untuk bekerja sama dalam merakit obat-obat aneh itu. Padahal aku sebenarnya sudah menghentikan riset tentang ini sejak memulai riset obat pada Sky. Satu dari semua yang tertinggal dan masih kusimpan sampai saat ini adalah tabung kaca berisi cairan darah dari Sky. Ini bisa menjadi kunci bagi kami, sayangnya molekul pipih-bulat itu tidak bertahan lama dan akhirnya mendarat dengan kering karena suatu kecelakaan.

Habis sudah semuanya, tidak ada lagi pengharapan. Putus asa, itulah yang kualami. Tidak ada sisa riset, tidak ada peninggalan, tidak ada... semua tidak ada. Yang ada hanya aku dan otakku, dan kembali dari awal. 9 tahun yang kuhabiskan untuk meneliti beragam hal dan 9 tahun yang Sky korbankan untukku tidak berarti apa-apa lagi sekarang ini. Aku bahkan tidak dapat memulainya lagi, dan berakhir seperti ini saja. Sungguh pecundang yang makmur dan beruntung, jika bisa dibilang.

Di Novgorod, aku dan tuan K menyewa sebuah rumah yang ditinggali bersama. Pria asal Inggris itu mengatakan akan tetap berada di Rusia sampai situasi kenegaraan dan militer membaik karena sulit juga untuknya kembali pulang dalam keadaan seperti ini. Yah, kuakui agak memusingkan.

Kami tinggal di sebuah rumah yang apik, dengan kebun untuk bercocok tanam. Pemilik rumah ini adalah seorang wanita yang suaminya meninggal di medan perang. Ia memiliki anak perempuan yang sudah cukup dewasa dan akan menikah jika situasi sudah terkendali. Ini benar-benar adalah kehidupanku yang baru, walau di sini sudah tidak ada lagi ambisi dan keinginan untuk berbuat apa-apa.

Kegiatan kami di rumah baru sangat simpel. Membuka praktik pengobatan dan aku belajar soal cocok tanam obat herbal–lumayan menarik juga untukku–demi membantu aktifitas yang ada karena pada zaman ini agak sulit untuk mencari obat-obatan selain obat herbal.

Praktik pengobatan kami khususnya diperuntukan bagi yang tidak mampu dan adalah korban dari kekerasan politik. Selebihnya untuk mencari nafkah hidup, terkadang kami menjual obat herbalnya atau jika tidak dengan berat memberikannya gratis. Tuan K yang mengatur semua ini, dan sebagai yang menumpang aku hanya bisa mengikuti apa maunya. Jangan dikira aku menyukai semua ini, ini sungguh sangat melelahkan, sama seperti ketika kuliah dulu aku harus mengurusi Sky sambil mengerjakan tugasku.

Beruntung, penelitian obat herbal dan medis di sini menarik minatku kembali–walau lebih banyak kata frustasi yang kudapatkan–sehingga aku merasa kembali bisa membangun ambisi untuk melanjutkan hidup. Atau dengan ini melanjutkan–lebih baik dikatakan mengulang–penelitianku, tanpa Sky dan si bocah Jepang yang selalu banyak tanya itu.

Teringat, si bocah Jepang itu. Apa yang terjadi padanya? Bisakah ia menyelamatkan adikku seperti biasanya? Muncul bagai pahlawan untuk Sky? Semoga saja. Aku tahu bahwa tuan Seravine yang terhormat pasti akan melakukan apa saja untuk membuat langitnya tersenyum kembali (ini dikutip dari perkataan Ryuu pada Sky yang kudengar diam-diam), mereka memang tidak normal. Biarlah, semoga itu yang terjadi.

...

Musim dingin. Kami menggarap ladang pada saat matahari belum terbit, dan membersihkan tumpukan salju dari ladang kecil di belakang rumah. Ini adalah kebun yang digunakan untuk bercocok tanam, walau hanya sedikit tumbuhan yang hidup di suhu sedingin ini.

Aku menggunakan mantel tebal karena waktu pagi yang masih buta sungguh amat-sangat-dingin-sekali. Bangun duluan untuk menyiapkan sarapan dan membereskan rumah (ini tugasku), hal yang sama kulakukan ketika aku kuliah dulu dan seterusnya. Pekerjaan rumah pasti dilimpahkan padaku, dan tuan besar tinggal bekerja dengan santainya. Sebal, namun apa boleh buat.

Setelah akhirnya matahari muncul di ufuk timur yang terhalang oleh awan kelabu pekat, tuan besar turun dari ranjangnya, bersiap dengan pekerjaannya menjadi penyembuh mereka yang membutuhkan. Kok, aku merasa bahwa dia adalah malaikat yang diutus oleh langit, sedangkan aku adalah kacungnya. Oh... oke, terserahlah. Gelagat orang british memang sok monarki seperti ratunya (tidak bermaksud untuk menggunjing siapapun). Bola mata heterochromianya bertemu dengan dua bulatan mata kelinciku, terlihat agak mengantuk karena semalaman membaca buku ini-itu, banyak sekali.

“Pagi tuan dokter,” ucapku sambil menyediakan teh hangat kesukaannya di pagi hari.

“Pagi juga tuan pembuat obat,” menyapa balik kemudian duduk dan menyantap hidangan pagi yang tidak begitu nikmat. Teh saja, tanpa gula.

Aku diam, memegang baki, kemudian kembali ke pekerjaan membereskan kamar. Benar, sosokku tidak jauh beda dari kacung. Di pagi hari biasanya kami mengobrol banyak, berdiskusi soal penyakit tertentu, mengenai obat herbal yang bagus, atau mengenai hobi masing-masing. Hobiku... hobiku adalah meriset soal obat-obatan. Hobinya, hobinya adalah belajar bahasa Rusia. Orang aneh memang.

Namun, akhir-akhir ini pembicaraan kami berubah drastis. Tuan K yang biasanya menyembunyikan rasa ingin tahunya ini beberapa  kali bertanya mengenai sesuatu tentangku. Ia bertindak lagi seperti polisi yang sedang mencari buronan.

“Kau mau bertanya soal itu lagi?” aku bertanya begitu melihat gerak-geriknya yang nampak gatal untuk mengintrogasi. Ia diam saja, mungkin menahan diri dan menyiapkan pertanyaan yang akan disampaikannya.

“Keberatan?” tanyanya.

“Tergantung.”

Kemudian kami sama-sama diam, menghirup teh masing-masing dan menaruhnya di atas tatakan cangkir yang tidak begitu bagus. Bunyi trak memecah hening, dan kami mengambil napas sebelum mengutarakan kalimat panjang.

“Jadi tuan pembuat obat, mengapa kau tidak ceritakan saja semuanya padaku? Itu akan lebih mudah untukmu,” mulai dengan rayuan paginya. Ia selalu berkata kalimat itu sambil memanggul dagu dengan satu tangan dan tangan lainnya mengaduk-aduk sendok teh.

Aku hanya memalingkan wajah, mencoba tidak menjawabnya atau menjawab dengan santai dan senormal mungkin. “Ceritakan yang mana lagi? Soal teman kecilku yang jatuh cinta padaku?” mengungkap sesuatu, ini pembicaraan soal Alexa ya.

“Bukan, yang itu kau sudah cerita,” ia menampiknya dengan mengibaskan tangan. “Yang lainnya.”

Aku berpikir sejenak, pura-pura berpikir lebih tepatnya. “Hm... soal nenek yang duduk di kursi goyang?”

“Ayolah...” ia mengerutkan dahi, sudah malas untuk bercanda. Lagipula siapa yang bercanda, soal teman kecil dan nenek di kursi goyang itu kan cerita asli. “Tentang keahlianmu meramu obat misalnya,” memperjelas topik yang ingin diungkap.

Menghela napas sejenak, memikirkan sesuatu yang sekiranya lebih rasional. “Bukankah sudah pernah diceritakan? Aku bekerja di poliklinik dan kadang-kadang membaca buku soal itu.”

“Kau bahkan memalsukan pengalamanmu,” ujarnya. Sangat dalam untukku. Ehm, ya... saat ini aku berpura-pura menjadi Yura, seorang pekerja poliklinik yang sedang menuntut ilmu dengan magang di St. Petersburg. Ketika revolusi terjadi, tempatku bekerja menjadi korban amukan masa dan mau tidak mau aku harus lari karena tidak memiliki identitas jika nanti ada pemeriksaan dari aparat. Kemudian ada aparat yang menemukanku terjembab di tumpukan salju dan membawa ke penampungan itu. Kuceritakan juga bahwa aku adalah rakyat desa, orang tuaku meninggal sejak kecil dan aku tinggal dengan keluarga Smirnov, tetanggaku sebelum magang di kota besar itu.

Awal penceritaan itu, tuan K percaya saja, mungkin karena aku tidak terlihat seperti duda beranak dua yang kini anaknya sudah berusia hampir atau lewat 10 tahun. Tidak tahu saja dia. Namun kemudian mungkin kecurigaannya bertambah. Karena keteledoranku juga sih, tidak bisa menyembunyikan pengalaman bertahun-tahun meracik obat, hingga tidak bisa terkesan sebagai orang awam.

Beberapa kali kupikirkan, mungkin sebaiknya memang kuceritakan saja semua padanya. Saat seperti ini tidak ada lagi yang bisa kulakukan dan untuk apa juga aku menutupi semuanya. Namun aku perlu waktu, dan perlu memikirkan apa yang sekiranya tuan K akan lakukan padaku jika tahu yang sebenarnya.

Terdiam. “Baiklah...” menyerah, mungkin akan kuceritakan sedikit-sedikit.

“Kau pandai bercerita, ceritakan saja seakan kau sedang mengarang sebuah dongeng,” ucapnya santai diiringi senyum yang pandai.

“Dongeng ya?” aku mengulang kata itu. Ini seperti menulis kembali apa yang terjadi padamu sepuluh tahun silam. Mengungkap semua kata bait demi bait menjadi narasi panjang yang tidak kunjung selesai. Mungkin tidak akan pernah selesai. Tapi aku tidak mengubah satu halpun di dalamnya, kata yang mungkin terkesan aneh adalah hasil corak pemikiranku, dan itulah yang terekam dalam semua indera yang kupunya.

Ini seperti membuat kembali adonan kue yang gagal di masak, dengan menambahkan bumbu penyedap agar hasilnya lain. Kini kuceritakan kembali kisahku, pengulangan yang merupakan awal serta akhir dari penyesalan panjang.

Semua ini berawal dari seorang pria Rusia bernama Deniska Deuzyewich Mikhailov. Lahir pada 20 Mei 1890 di Moskwa Rusia. Menjalani masa kecil dan masa remajanya di Paris Perancis. Tinggal dengan adik sepupunya Sky Lavrich Mikhailov dengan menumpang pada keluarga Smirnov ketika mengikuti program sarjananya di Universitas Sorbone. Memiliki dua anak kembar dari seorang gadis asal Mesir bernama Zakya an Noura, Nikolai dan Fyodor Deniskayewich Mikhailov. Melakukan penelitian berbahaya yang berujung pada penyesalan panjang di dalam sekoci.

...

Sungai Wolga yang membeku membawa kembali memoriku ke negeri itu, dan diriku ke negeri yang lain. Mentari di ufuk timur semakin terlihat dalam semu mata yang telah lelah ini. Kehidupan baru dimulai setelah menyiratkan banyak penyesalan dalam kertas yang berlumur darah.

Kutulis kembali kisahku, untuk mengenang mereka yang mencintaiku. Untuk mengungkap kembali semua kesalahanku. Untuk mencari jati diriku. Untuk hidupku yang lebih baik dari ini.

Novgorod 1918 Akhir

Cerita ini baru saja dimulai.


-REMAKE-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar